Social Icons

RAKHA DIASRY

Pages

Kamis, 27 April 2017

Aku Malu Menjadi Mahasiswa Beastudi Full S1 di STT Nurul Fikri


Kenalin, nama lengkap aku Umul Sidikoh biasanya orang-orang panggil dengan sebutan Umul. Bisa dibilang, salah satu mahasiswa yang masih berumur sangat muda, karena di umur 19 tahun sudah memasuki semester 6 di STT Nurul Fikri. Aku lahir di Tangerang, 13 Mei 1997. Tempat tinggal aku masih di Tangerang, cuma sekarang udah mulai nge-kost di daerah Depok. Cita-cita aku sih jadi pengusaha karena sifatnya fleksibel dan tidak dituntut oleh atasan, dan menjadi penulis buku atau novel. Hobi aku pertama menulis, yang lainnya olahraga, travelling, touring, baca-baca. Kalo ditanya tentang motto hidup, ya aku jawabnya " Lakukanlah yang terbaik, atau tidak sama sekali ( Do be The Best, or Nothing) ".
Berlatar belakang Siswa SMA jurusan IPA, di salah satu Sekolah Negeri di Kota Tangerang. Sejak SMA, pelajaran yang paling disuka yaitu Kimia (Chemistry). Entah, padahal itu pelajaran lumayan sulit, dimana harus hafal ikatan-ikatan kimia, yang pasti bukan ikatan aku dan kamu *eh. Namanya juga SMA Negeri, ya pastinya pas lulus SMA maunya juga kuliah di Universitas/Kampus Negeri. Dari SD-SMA memang Sekolahnya Negeri, makanya ingin nantinya Kuliah Negeri juga. Sekolah Dasar di SDN BOJONG 04, Sekolah Menengah Pertama di MTSN Cipondoh Tangerang, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 9 Tangerang.
Menjelang Ujian Nasional (UN) formulir pendaftaran dan kelengkapan berkas untuk mendaftar di kampus-kampus favorit-pun disiapkan, dan pilihan jurusan pastinya jurusan kimia. Berniat menjadi seorang kimia analyst, biar bisa menemukan ramuan anti galau (eh salah, biar kesukaan terhadap pelajaran kimia lebih tersalurkan dan juga lebih dalam lagi ilmunya).
Daftar melalui jalur SNMPTN, yaitu lewat nilai Raport. Namun belum menjadi rezeki aku. Dan akhirnya mencoba dijalur SBMPTN, dan ternyata masih belum lolos juga. Melihat teman-teman pada lolos di PTN, rasanya hati gundah gulana. Tidak cuma sampai disitu, tiap PTN punya jalur untuk penerimaan mahasiswa barunya. Misalnya di Universitas Indonesia (UI) ada SIMAK UI dan dikampus lainnya tidak jauh beda. Dan akhirnya aku mencoba di UIN Syarif Hidayatullah, berangkat bareng-bareng sama temen-temen SMA. Pas di pengumuman kelulusan, kenapa mereka lolos seleksi dan aku engga? Sempet ngedrop perihal masuk PTN tersebut, dana akhirnya berniat untuk mengikuti tes di tahun berikutnya saja.
Oke, selang beberapa bulan lulus. Tidak kuliah, rasanya jadi manusia engga jelas dirumah. Dan tiba-tiba dapet info dari salah satu Ustadz, ada Beasiswa Studi Berprestasi di STT Nurul Fikri, Depok. Dan aku berfikir, mungkin ini salah satu jawaban do’a aku selama ini.
Tanpa berfikir dengan waktu yang lama, berkas-berkas yang merupakan syarat untuk lolos jadi mahasiswa BEASTUDI pun dipersiapkan. Oke, and then itu pertama kalinya ke Depok sendirian untuk serah berkas ke kampus. Selang beberapa hari, ternyata buka website nurulfikri.ac.id aku lolos seleksi berkas. Langkah selanjutnya dari seleksi berkas adalah seleksi akademik dan seleksi wawancara.
Sempat kaget sih, anak IPA tiba-tiba ketika seleksi akademik ternyata soal-soalnya jauh berbeda dengan pelajaran di SMA dahulu. Waktu tes wawancara diselingi dengan tes baca Qur’an, masih inget banget dulu yang tes Bapak Mgs Hendri (Alm), semoga beliau bahagia di Surga-Nya sekarang. Aamiin.
Langsung ke intinya, akhirnya aku Umul Sidikoh lolos Beastudi Penuh S1 di Kampus STT Terpadu Nurul Fikri. Pokoknya bersyukur banget, ternyata Allah punya jalan-Nya sendiri biar aku bisa kuliah dan engga gundah gulana. Disaat orang-orang pusing mikirin biaya kuliah yang katanya melangit, aku udah engga pusing mikirin hal itu, yang penting aku bisa kontribusi dan jalanin apa yang ada pada surat perjanjian Beasiswa Penuh S1 tersebut.
Awalnya aku bangga, dengan beasiswa yang aku dapatkan itu. Tapi semenjak masuk ke dunia perkuliahan, kok aku malah malu menerima beasiswa tersebut. Kesannya aku ngerasa berbeda dengan teman-teman lainnya yang bisa biaya kuliah dengan bayaran mereka sendiri. Mulai dari ngumpul-ngumpul, ngerjain tugas, ngobrol asik, dsb. Seperti ada kubu tersendiri dengan mahasiswa regular biasa dan mahasiswa beastudi.
Akhirnya kesan tak nyaman pun terasa, aku ngerasa perbedaan itu mulai muncul. Entah, apa yang melandasi hal itu sehingga timbul kubu-kubu seperti itu. Nah aku malah engga mau ambil pusing perihal hal-hal kaya gitu, jadi mulai di abaikan. Memang niatnya dikampus untuk kuliah, menimba ilmu dan berprestasi. Kenapa harus malu jadi Mahasiwa/i Beastudi? Sedangkan kamu sudah dijamin untuk kuliah tanpa harus memikirkan biaya kuliah yang kini melangit. Seharus kamu-kamu yang mendapatkan kesempatan itu, bersyukur. Karena banyak dari teman-teman kalian, yang kuliah hanya menjadi angan-angan mereka. Dan sekarang, ketika diberikan kesempatan untuk kuliah, maka maksimalkan kesempatan itu.
Di STT ada beberapa jabatan dan organisasi yang udah aku pilih dan laksanakan. Tahun 2015, aku menjabat sebagai staff Departemen Kemuslimahan LDK SENADA STT NF dan merangkap jabatan sebagai Staff Pendidikan & Keilmuan BEM STT NF 2015, aku pernah menjadi salah satu pegurus terbaik periode September-Oktober BEM STT NF 2015. Di tahun 2016, aku dapet amanah menjadi Kepala Komisi (III) Kelembagaan dan Kaderisasi DPM STT NF 2016. Dan di tahun 2017 ini, aku masih melanjutkan amanah di DPM, yaitu Kepala Komisi Kaderisasi Dewan SANUBARI DPM STT NF 2017.
Pada bulan Mei 2015, aku pernah menjadi Volunteer (Sukarelawan) di acara se-Asia yaitu GNOME. Asia Summit 2015. Dan karena acara itu penyelenggaranya dari Komunitas GLiB (GNU/Linux Bogor), aku akhirnya gabung di komunitas itu sampai sekarang.
Dan pada bulan Agustus 2015, aku jadi perwakilan kampus pada acara Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional yang dilaksanakan oleh Kemenristek Dikti tiap dua tahun sekali. Aku mewakili kampus pada cabang lomba Tilawatil Qur’an, dan masa karantina 8 hari di Makara Universitas Indonesia selama pelaksanaan lomba berlangsung.
Dan diakhir 2015, tepatnya pada bulan November. Aku mendapatkan tugas sebagai Ketua Pelaksana acara Seminar Teknologi, dimana pada acara tersebut mampu menghadirkan perwakilan dari Kominfo yaitu Pak Bambang (biasa di sapa dengan Pak Ibenk) dan StartUp E-fishery.
Pada bulan Oktober 2016, aku menjadi salah satu pembicara di acara Se-Asia yaitu OpenSUSE Asia Summit 2016, yang bertempat di Jogja. Mengangkat judul pada presentasi yang disampaikan yaitu “Women Contribution In Technology Era’s”.
Dan di tahun 2016, aku menjadi salah satu Ambassador Kampus, yaitu Baidu Campus Ambassador Batch 2. Bukan hanya itu, karena kegemaran aku dalam menulis. Pernah menjadi salah satu penulis pada tahun 2016 di Technomuslim.com dan sekarang sedang menjadi penulis paruh waktu pada salah satu dosen di kampus. Dan ketika semester 4, aku pernah menjadi Asistan Dosen Lab pada mata kuliah Basis Data 1.
Pada rilis BlankOn X Tambora, aku sebagai salah satu Tim Dokumentasi pada rilis tersebut. BlankOn apa? Itu salah satu Operating System Opensource karya para pemuda Indonesia.
Di tahun 2017 ini belum ada hal-hal berkesan dan menarik. Sekarang aku lagi sibuk mengerjakan skripsi, karena aku pengen lulus 3,5 tahun. Target aku yaitu umur 20 tahun udah punya gelar S.Kom. Setiap orang punya mimpinya masing-masing, ya salah satu mimpi aku itu. Kalo punya mimpi, yang dibuat target, dilaksanakan, jangan cuma sekedar mimpi dan angan-angan. Dan jangan lupa, do’anya juga diperkuat, karena penentu akhir dari Kuasa-Nya.
Jangan malu, kamu jangan jadi mahasiswa apa adanya. Tapi jadi mahasiswa yang ada apanya ( punya keahlian atau prestasi khusus, karena masa muda tidak bisa diulang kembali). Mahasiswa regular biasa, maupun mahasiswa beastudi, kalian semua sama. Tidak ada perbedaan derajat, terkadang hanya diri kalian yang membuat perbedaan tersebut.
Mulai-lah beraksi, dan jadikan hidup yang berarti..

Rabu, 26 April 2017

Akan Ada Jalan Selama Ada Kemauan!

Akan ada banyak jalan menuju Roma! Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan pribahasa tersebut. Namun, setiap kata atau pribahasa ataupun yang lebih tren saat ini seperti Quotes tidak akan ada efek atau bermakna, jika diri sendiri belum mengalami atau sesuai dengan rangkaian kata – kata tersebut. Namaku Nadya Yutrianti, yang biasa dipanggil Nadya atau Iya oleh keluarga atau orang rumah. Anak ke-4 dari 6 bersaudara di keluarga rantauan dari Aceh & Padang. Pada kesempatan ini, aku ingin berbagi cerita mengenai perjalananku hingga bisa menempuh Sekolah Tinggi di STTNF ini.

Pendidikan yang umumnya di Indonesia ini diawali dengan masuk TK (Taman Kanak – Kanak) merupakan kesempatan yang mahal untukku. Kebetulan tempat tinggalku dekat dengan sebuah TK. TK yang bisa dibilang cukup elit dan sudah berdiri sejak lama ini membuatku sedih. Kenapa tidak, disaat anak – anak sebayaku bermain dan belajar disana, aku hanya bisa melihat dari kejauhan. Berada di keluarga yang merantau jauh dari kampung halaman, membuat orang tuaku harus berrpikir realistis dan tidak banyak keinginan, dan yang penting bisa menyekolahkan anak – anaknya. Bahkan bisa dibilang keadaan keluargaku yang serba kekurangan dan melarat tapi tetap berusaha untuk bertahan hidup di tengah kota yang sedang berkembang ini.

Walaupun aku tidak merasakan masa kanak – kanak di TK. Aku tetap belajar 'Calistung' setiap harinya sebelum masuk ke SD. Kebetulan tanteku selalu bersedia mendampingi belajar dan mendaftarkan sekolah ke SD dekat rumahnya juga. Karena umurku dan kakak-kakakku tidak terlampau jauh dan masih kecil-kecil, membuat keprihatian dari saudaraku atau tetangga sekitar. Ketika masuk SD, aku sangat senang. Namun, tidak cukup percaya diri karena keadaanku yang 'orang susah' berpengaruh dengan pertemanan di kelas. Masa SD adalah masa – masa yang tidak pernah aku lupakan sampai kapanpun. Karena di SD lah aku merasakan susahnya hidup sebagai 'orang susah', yaitu di saat aku tidak bisa membeli buku, tidak ada yang mau meminjamkan jika guru tidak menyuruh dan juga karena aku dari kalangan bawah mereka semakin enggan meminjamkan. Ketika aku kelas 3 SD, Orang tuaku tidak membayar SPP selama 3 bulan, aku dipanggil ke ruang guru dan berada di tengah – tengah ruangan serta ditanyakan banyak hal oleh hampir semua guru kenapa belum membayar SPP, aku hanya bisa menangis dan tidak tahu dengan semua pertanyaan mereka. SD ku negeri, namun saat itu belum banyak bantuan – bantuan seperti saat ini dan semua masih harus dibayar. Hingga pada kelas 6 SD, ada seorang guru dari Maluku yang membangkitkan semangatku untuk sekolah dan belajar dan mau membantu setiap siswanya yang kesusahan, baik kepada pihak sekolah maupun kepada Dinas Pendidikan. Beliau adalah sosok kehidupan dan juga menyelamatkan masa SD ku yang cukup mengerikan itu.

Setelah lulus SD, keinginanku hanyalah masuk ke SMP Negeri, karena sudah ada bantuan dari Pemerintah saat itu. Namun karena nilai UN ku yang tidak mencukupi, terpaksa aku mencari SMP swasta yang murah namun baik pendidikannya. SMP Kesuma Bangsa di daerah Tanah Baru inilah yang menjadi titik balik semangat pendidikanku. Di sana aku cukup rajin masuk peringkat 1 – 3, dan yang mendapatkan peringkat selalu mendapat potongan biaya SPP sehingga dapat meringankan beban orang tuaku. Disana juga aku mendapatkan teman – teman yang tidak memandang latar belakang keluarga, kita sama, si kaya, si miskin bergaul bareng – bareng.

Setelah lulus SMP, aku tetap berkeinginan masuk Sekolah Negeri, karena sudah mendapatkan bantuan sekolah gratis oleh Pemerintah. Namun, karena terlambatnya aku mendaftar dan kuotanya sudah banyak yang penuh, memaksa diriku mendaftar ke SMK swasta. Ya, aku memilih SMK karena berharap setelah lulus nanti langsung kerja dan memiliki keahlian. SMK ku ini cukup bagus dan berstandar ISO. Namun, aku salah perhitungan, karena SMK ini termasuk sekolah yang elit. Bahkan untuk membayar SPP, orangtuaku selalu datang setiap mau UTS atau UAS untuk meminta kelonggaran dari bulan – bulan sebelumnya. Beruntung, dari awal masuk sampai lulus aku masih mempertahankan prestasi akademik dan mendapatkan potongan SPP dan bantuan dana BOS dari Pemerintah setiap akhir tahun.
Karena hal itu, aku berpikir untuk langsung kerja setelah lulus SMK nanti, atau kuliah sambil bekerja atau kuliah dengan beasiswa full sehingga tidak memberatkan orang tua ku sama sekali.

Banyak hal yang aku temukan dan alami setelah UN. Waktu menunggu ijazah, langsung kumanfaatkan untuk melamar kerja dan mencari info beasiswa di kampus negeri maupun swasta. Mulai dari menghadiri job fair di Depok sampai di Senayan. Dengan memanfaatkan uang tabungan yang pas - pasan, aku mempersipkan semua berkas – berkas yang dibutuhkan untuk melamar kerja atau mendaftar kuliah. Tidak terasa waktu selama Empat bulan terlewati dengan cukup banyak rintangan. Dimana hampir semua jalur masuk perguruan tinggi negeri seperti PMDK, SNMPTN, SBMPTN yang ada uang pendaftarannya pun belum ada yang lolos (pendaftaran sebesar seratus ribu rupiah hasil kolektif dari kakak – kakakku menjadi harapan terakhir). Hal ini kusadari karena minimnya persiapan menghadapi ujian dan mengetahui passing grade jurusan yang ada di masing - masing PTN. Jika saja ada satu PTN yang lolos, aku sudah mengantongi salah satu beasiswa PTN yang cukup menjanjikan. Namun takdir berkata lain, lamaran kerja yang suah aku applypun belum menemui titik terang. Akupun masih mencari beasiswa lain, salah satunya Kursus di Kampung Inggris, Pare. Alhamdulillah tes I lolos, namun karena tes ke II wawancara langsung kesana & tidak ada persiapan, dengan terpaksa aku mundur dan akhirnya didiskualifikasi.

Sebagai manusia biasa, aku sudah berada diamang keputusasaan, dimana aku merasa lelah dan sedih dengan usahaku yang belum membuahkan hasil. Ditambah lagi, uang tabunganku yang sudah sangat menipis dan tidak memungkinkan untuk meminta ke orang tua. Sampai suatu hari, abangku menshare info beasiswa Sarjana Dhuafa Berprestasi di STT-NF. Awalnya aku ragu, karena sudah mengalami banyak kegagalan. Namun, dengan niat yang masih ingin berusaha, aku mencobanya. Dengan uang yang tersisa, aku maksimalkan untuk melengkapi berkas - berkas dibutuhkan dan langsung aku kirim ke Kampus A yang saat itu masih di Jl. Margonda. Tidak lama kemudian, telepon dari kampus STTNF mengabarkan bahwa aku lolos seleksi berkas dan diminta untuk ikut tes akademik dan wawancara di kampus B STTNF.
MasyaAllah, benar – benar di luar dugaan, saat awal wawancara yang pertama dilakukan adalah membaca Al – Quran. Alhamdulillah, aku merasa bahwa lingkungan di kampus STTNF aman dan nyaman. Setelah itu, aku menunggu info akhir dari rangkaian tes yang sudah dijalani. Kabar bahwa aku diterima di kampus STTNF tidak bisa diungkapkan dengan kata -kata. Aku hanya terdiam dan langsung mengabarkan ke orang tua bahwa aku akan mulai Ormik sebagai salah satu syarat mahasiswi baru kuliah disana. Mereka kaget dan bertanya bagaimana bisa? Ya, selama aku melakukan tes - tes beasiswa atau masuk kuliah dan melamar kerja, hanya meminta izin dan doa yang terbaik. Aku berjanji pada diri sendiri, hanya akan mengabarkan kepastian jika aku diterima di salah satu tes – tes yang aku ikuti tersebut. Hal itu kulakukan, agar mereka tidak kecewa jika aku ditolak dari tes -tes tersebut.

Alhamdulillah, sudah memasuki tahun ke tiga ini aku menjalani kehidupan sebagai mahasiswi kampus STTNF dengan berbagai pengalaman baru. Seperti ikut organisasi, yang belum pernah aku ikuti semasa SMK dulu. Lingkungannya pun sangat agamis dan terdapat Mentoring yang dapat menjadi recharge imanku. Dan uang saku yang diberikan dari program beastudi ini sangat membantu. Aku dan keluarga sangat bersyukur dengan adanya Beastudi dan para donatur yang berbaik hati membantu anak – anak yang ingin menggapai mimpinya walau terbatas dari kemampuan ekonomi.
Semoga STTNF dapat menjadi jawaban dari setiap anak – anak yang mau menggapai impian dan cita -citanya yang didukung dengan lingkungan yang bersahabat, nyaman, dan agamis.

Senin, 17 April 2017

Tips Mencari Ide Membangun Startup dan Menjadi Founder



 Tips Mencari Ide Membangun Startup dan Menjadi Founder

Start up mulai ramai diperbincangkan di kancah internasional semenjak diluncurkannya domain dot-com, yaitu ketika sejumlah besar perusahaan berbasis online didirikan dengan menggunakan website berdomain dot-com tersebut.
Definisi dari start up itu sendiri, merupakan sebuah perusahaan baru, yang bergerak di bidang teknologi informasi dan menggunakan media internet sebagai platformnya. Sementara produk yang dihasilkan dapat berupa produk-produk digital, seperti misalnya aplikasi web atau layanan yang diberikan kepada kostumer melalui website.
Ide terkait produk dari suatu start up biasanya berasal dari permasalahan sederhana di kehidupan sehari-hari. Yang mana dibarengi dengan pemecahan masalah yang tepat, sehingga mendatangkan manfaat yang besar bagi masyarakat.
Meskipun ide itu penting sebagai langkah awal dari lahirnya sebuah start up, namun eksekusi dari ide yang kita miliki adalah lebih penting. Karena implementasi dari sebuah ide adalah tindakan nyata untuk mewujudkannya, entah itu akan berakhir dengan kesuksesan ataupun pengalaman kegagalan.
Perlu diingat bahwa gagal dalam bertindak tidak akan menggagalkan seluruh kehidupan kita. Dan ternyata gagal itu lebih baik, daripada kita hanya diam membiarkan ide-ide itu mengendap dipikiran kita, yang selamanya hanya akan tetap menjadi ide. Kita dituntut untuk mencoba sekali lagi setiap kali kegagalan itu muncul. Untuk itu, kita perlu memiliki jiwa seorang founder agar siap menghadapi apapun yang terjadi pada start up yang sedang kita bangun.
Tips dibawah ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk dapat menemukan ide dalam membuat start up :
1. Menelaah masalah yang ada disekitar kita
Perhatikan sekeliling kita, masalah apa yang sekiranya perlu mendapatkan perhatian. Setelah itu, berikan pula solusi terhadap permasalahan tersebut. Kemudian catat kemungkinan yang terjadi saat solusi yang kita punya diimplementasikan dalam masalah itu. Dengan cara ini, kita telah menemukan sebuah bahkan beberapa ide untuk membangun start up.
2. Buka situs yang menyediakan informasi start up
Ide start up tidak harus baru, melainkan kita bisa membuat start up dengan memodifikasi ide yang sudah ada sebelumnya. Karena tidak ada ide yang benar-benar sempurna, sehingga kita bisa menganalisa suatu ide dan kemudian melakukan perbaikan terhadap ide itu. Karena dengan mengunjungi situs-situs tersebut, memungkinkan diri kita untuk dapat menemukan inspirasi dalam pencarian ide.
3. Mengikuti kompetisi
Untuk mengetahui apakah ide kita benar-benar mendatangkan pengaruh besar untuk kehidupan. Maka, cobalah untuk ikut dalam suatu kompetisi yang berkaitan dengan pembuatan start up. Tidak perlu berkecil hati jika dalam suatu kompetisi kita tidak mendapatkan juara. Karena yang terpenting disini adalah kita mendapatkan pengalaman berharga. Selain itu jiwa kompetitor kita pun akan teruji melalui ajang ini, jadi kita akan terus melakukan suatu perbaikan pada ide yang kita punya, bahkan keuntungan lainnya kita dapat menemukan inspirasi berupa ide baru, yaitu dengan melihat ide-ide orang lain yang lebih hebat.
Disamping mencari ide, miliki pula kemampuan yang biasanya dimiliki oleh founder suatu start up. Kemampuan itu antara lain : percaya diri, tidak mudah putus asa, optimis, inovatif, pengetahuan tentang teknologi, kemampuan menjual dan membaca selera pasar.
Demikian artikel tentang tips untuk mencari ide dalam membangun sebuah start up, semoga pada saatnya nanti kita akan sampai pada posisi founder atas start up yang kita bangun.

Kampus Nurul Fikri Adakan Pertemuan dengan Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia


 Kampus Nurul Fikri Adakan Pertemuan dengan Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia

Sabtu, 25 Febuari 2017 menjadi waktu pertemuan dua perguruan tinggi yang berbeda Negara. Diadakan di STT Terpadu Nurul Fikri, pertemuan kali ini di hadiri oleh; Drs H Musholli pembina (pembina yayasan Nurul Fikri), Dr. Rudi Lumanto (ketua yayasan STT NF), Ahadiyat S.Sos (Plt STT NF),
M.Ichsan, S.E (Waket II STT NF), dari pihak STT NF, dan Achmad Zaki, SpOT, MEpid (KA. prodi Kedokteran UIN Jakarta), serta Prof. Abd Rahman Abd Rasyid dan Prof. Zaharuddin Saidon sebagai Corporate Representatitive.
STT Terpadu Nurul Fikri dipilih oleh Islamic International Universitas Malaysia untuk melakukan sebuah kolaborasi membangun Fakultas Kedokteran di STT Terpadu Nurul Fikri.
Namun pada prosesnya, ada beberapa hal yang harus dilalui dalam membuka fakultas kedokteran di STT Terpadu Nurul Fikri.
  1. STT Terpadu Nurul Fikri yang notaben nya masih sekolah tinggi, harus di convert menjadi universitas terlebih dahulu, untuk mendirikan sebuah universitas, salah satu syaratnya adalah memiliki minimal 8 program studi, maka dari itu dengan kondisi STT NF yang kini memiliki 2 program studi, perlu adanya tambahan program studi hingga memenuhi syarat.
  2. Menunggu moraturim fakultas kedokteran selesai.
  3. Dan beberapa hal lain yang harus dipersiapkan, seperti memiliki klinik atau rumah sakit sendiri, memiliki dokter spesialis.
Hingga kini, STT Terpadu Nurul Fikri sedang mempersiapkan rancangan proses selanjutnya yang akan dipresentasikan di Islamic International University Malaysia.
 

Where ?